Sabtu, 21 Mei 2016

Kembaliku kepada Yesus telah menjadi pilihan hidupku atas dasar kasihNya

Aku mengenal Yesus sejak kecil. Ada masa dimana ketika ada badai dalam hidupku, aku malah meninggalkan Yesus, berpindah kepada keyakinan lain, dan mengucapkan kalimat yang menyatakan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan (dengan maksud tidak mengakui Anak Allah yaitu Yesus dan Roh Allah yaitu Roh Kudus). Namun begitu, aku tetap tidak mendapatkan gambaran mengenai Tuhan Allah sendiri bagaimana. Lalu ketika aku beribadah pada keyakinan itu, aku malah tetap berdoa kepada Yesus yang sudah kukenal sejak kecil. Artinya, tidak seratus persen aku meninggalkan Tuhan Yesus. Memang saat itu ada beberapa pihak yang sangat senang akan keputusan itu yaitu pindah keyakinan. Tapi saat dimana aku mencari wajah Tuhan, Ia mau ditemukan. Seolah Tuhan mendengar doaku yang mencari keberadaanNya, Ia menjemputku lewat orang-orangNya. Benar nyata firmanNya dalam hidupku: sekalipun aku tidak setia, Ia tetap setia karena Ia tidak dapat menyangkal diriNya.
Aku menulis blog ini dengan maksud semoga kesaksianku menjadi berkat bagi orang lain. Sebenarnya aku sangat percaya ketika orang sudah 'kesentuh' sama kasih Yesus (Anak Allah yang diutus Allah sendiri untuk menjadi korban penebusan atas dosa-dosa kita karena itulah satu-satunya jalan manusia diperdamaikan dengan Allah dan memiliki akses menghadap tahtaNya), maka sebenarnya orang itu sudah dipertemukan dengan sosok Bapa surgawi yang sesungguhnya jiwa kita haus dan merindukan kasih seperti itu. Dan dengan peristiwa aku sempat pindah keyakinan, ketika aku kembali kepada Yesus aku membuat keputusan sangat dewasa. Saat kembali kepada salib dan memandangnya, hal itu menjadi keputusan yang sangat real, dengan penuh kesadaran, menyadari bahwa hanya Yesus yang aku percaya yang mampu menyelamatkan jiwaku dari maut (upah dosa). Saat dimana dengan dewasa aku mempunyai pilihan sendiri tanpa ikut-ikutan orang tua maupun orang lain. Dan aku sangat bangga ketika aku kembali kepada gembala hidupku yaitu Yesus. Hhhh...aku seperti perumpamaan domba yang hilang. Dan Ia, Yesus, menemukanku kembali dalam kasihNya.
Mungkin memang ada beberapa yang kecewa kenapa aku kembali kepada Yesus, tapi percayalah jika kita benar-benar mencari Tuhan dengan segenap hati maka Tuhan sendiri yang akan menjawab dan menunjukkan siapa diriNya.
Berada dalam kasih anugerahNya, hal terindah yang pernah ada dalam hidup ini. Dan mungkin ada yang mengira bahwa mengikut Tuhan Yesus kita akan mendapat karma, celaka atau bencana. Seperti kata Asmirandah yang baru saja mengikut Yesus, kita memang ga bisa milih kapan saat badai itu datang tapi kita bisa memilih kepada siapa kita memandang. Memandang salib, dimana Yesus mengangkat kita dari dalam maut menuju kehidupan, mengangkat segala penyakit dengan bilur-bilurNya, dan mengubah kutuk menjadi berkat bagi orang yang percaya dalam namaNya. Dan pada akhirnya semua proses itu yang tadinya buruk buat kita, Tuhan biarkan terjadi untuk membentuk karakter kita. Dan Ia telah menyediakan upah untuk kita yang setia padaNya, kemenangan demi kemenangan akan kita raih karena Dia sendiri yang akan menuntun, tidak dibiarkan sendiri. Dia seperti guru yang memberikan ujian kepada muridnya sesuai dengan kemampuan muridnya. Tapi Dia juga seperti Bapa yang terus memberi kesempatan kepada kita untuk terus maju dan bangkit dari kegagalan. Dia selalu ada dipihak kita, sampai memutih rambut kita tidak akan sekali-kali Ia meninggalkan kita yang berharap padaNya.
Sempat aku berpikir dulu aku pernah meninggalkanNya dan mengecewakanNya, namun setelah kulihat ke belakang kejadian itu menjadi proses dimana aku akhirnya memilih Tuhan Yesus atas dasar kasihNya yang telah memilihku.


Inilah pengalaman pribadiku dengan Tuhan Yesus. Dan tentunya berjalan bersamaNya, aku akan menghadapi banyak tantangan dan melewati banyak kemenangan.

God bless!

#AllisfromAbove

Senin, 02 Mei 2016

Bangkit dan bersinar

Tanggal 27 April kemarin GBI Tamini kedatangan tamu yaitu Jacqlien Celosse. Beliau mempunyai kesaksian yang luar biasa tentang kebaikan Tuhan dalam hidupnya. Beliau sempat terkena penyakit tumor, mungkin sering orang berkata bahwa penyakit adalah suatu kutuk atas dosa. Namun beliau mengatakan hal itu bukanlah suatu kutuk karena pernah ada istri seorang pendeta besar yang taat pun meninggal karena suatu kanker. Jadi maksudnya adalah penyakit tidak bisa diukur sebagai suatu kutuk atas dosa.

Aku sering berpikir apakah aku dihukum Tuhan karena aku sombong atau dosa yang telah aku perbuat sehingga Tuhan memberikan suatu penyakit. Namun aku mengerti, masalah yang ada dalam hidupku menyebabkan aku memiliki goncangan kejiwaan. Bukan Tuhan yang memberikannya namun Tuhan izinkan ini terjadi agar kemuliaan dan kebesaranNya dinyatakan.

Kedatangan beliau menguatkan imanku, aku menjadi lebih kuat dengan menerima pengertian bahwa saat di dalam lembah kelam hidupku ada tangan Tuhan yang siap mengangkatku. Dan aku imani itu.

Bangkit dan bersinar!